Renungan Mingguan Kristen

renungan terbaru

Gambar
RUMAH  ALLAH  DITENGAH-TENGAH KITA berbicara tetang rumah Allah maka kita berbicara tentang kemah suci dalam pembacaan ini, atau gereja yakni rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama krsiten, juga keluarga Allah yang dibangun atas landasan Yesus Kristus atau bait-Nya yang mulia, tempat Allah berkenan tinggal.  maka dengan demikian jika kita berbicara tentang rumah Allah ditengah-tengah kita artinya Tuhan tinggal bersama kita.  (ay. 1-8) D alam pasal ini   Perintah-perintah diberikan untuk mendirikan Kemah Suci dan memasang semua perlengkapannya di tempat-tempat yang semestinya ,Israel memasuki era yang baru, mereka akan memasang Kemah Suci dan segala perabotan yang telah dibuat sesuai perintah Tuhan. Nas dimulai dengan menunjukkan kapan pendirian Kemah Suci harus dilakukan, yaitu "hari pertama dari bulan yang pertama"   Ini semua terjadi persis pada permulaan tahun yang kedua. sebelum melihat terlalu jauh perlu diketahui bahwa Nas ini terdiri dari dua bagian. Bagian pe

Raja Adil, Jaya dan Lemah Lembut



“Passio Judika – Berilah Keadilan“

PEMBACAAN ALKITAB : ZAKARIA 9 : 9~10

TEMA : Raja Adil, Jaya dan Lemah Lembut

Minggu sengsara ke enam ini secara liturgis dikenal dengan nama Passio Judica : “Judica me, Deus” adalah Bahasa Latin yang berarti Berilah keadilan kepadaku ya Allah...". lni adalah kata-kata awal dari Mazmur 43:1.

 Di Jerman khususnya di Gereja Katolik, malam sebelum hari Minggu Judika ini, biasanya salib di dalam ruang gereja ditutup dengan kain berwarna hitam atau ungu. Praktek menutup salib di minggu Judika ini bermakna memberi suasana lain; agar jemaat lebih berfokus pada kata-kata yang disampaikan dalam dua minggu terakhir di periode minggu sengsara dan tidak pada benda yang ada dalam gedung. Selubung itu juga bermakna menimbulkan kerinduan akan waktu Paskah di mana keindahan salib itu akan dinampakkan. Selubung itu tidaklah untuk selamanya, sementara saja, artinya suasana sendu minggu sengsara itu sementara saja. Ketika selubung di buka menjelang paskah pagi, akta ini bermaksud mengingatkan umat akan kehidupan kita di dunia. Kita hidup dalam dunia yang terselubung dunia yang sementara Lewat kematian dan kebangkitan keindahan yang sesungguhnya bersama Allah dapat kita alami selamanya.

,,

Mengharapkan suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera, damai dan makmur adalah kerinduan semua orang, apalagi bila suatu komunitas tertentu bertahun-tahun berada dalam kondisi yang tertekan.

 2 Bila tekanan politik, sosial dan ekonomi melanda suatu masyarakat tertentu biasanya muncul gerakan-gerakan pengharapan (kargoisme) suatu masa yang damai. Hal ini sering kita jumpai di setiap tempat di dunia ini.

Di Papua misalnya gerakan kargoisme yang sering disebut Koreri adalah suatu gerakan pengharapan akan masa kesejahteraan. (gererakan koreri adalah gerakan perlawanan rakyat papua. Khususnya diBiak kepada Agama baru yang dibawah oleh orang kulit putih (Agama Kristen). Gerakan koreri juga  adalah gerakan masyarakat papua atas ketidakadilan yang dilakukan oleh kolonialis di papua.

 Maka ketika masyarakat merindukan kondisi sejahtera, mereka pun mengimpikan figur seorang pemimpin sebagai sosok pembawa kesejahteraan. Hal ini pun dialami dan dirasakan oleh kurang lebih 50.000 orang Yehuda di Yerusalem setelah 20 tahun kembali dan pembuangan di Babel. Ketika Babel runtuh kaum Yehuda dikuasai penuh oleh kerajaan Persia. Maka atas izin raja Persia, sejumlah masyarakat Yehuda kembali ke Yerusalem di bawah bimbingan nabi Zakaria dan Hagar. Kedua nabi ini dihadirkan Allah untuk mengarahkan dan memberi semangat bagi bangsa itu guna membangun kembali kota Yerusalem dan Bait Sucinya. Diperkirakan sekitar tahun 516-515 SM pembangunan Bait Allah selesai dikerjakan dan ditahbiskan bagi orang-orang Yehuda. Tampilnya nabi Zakaria (artinya Allah mengingat) di tengah-tengah komunitas orang Yehuda memberi inspirasi spikis dan religius bagi kaum Yehuda, dia hadir tidak saja sebagal motivator pembangunan Bait Allah dan kota Yerusalem melainkan pula menjadi corong profetis akan hadirnya seorang Mesias (pemimpin) damai sejahtera dan keselamatan seluruh bangsa. Pembacaan kita saat ini (Zakharia 9 : 9~10) merupakan nubuat yang disampaikan saat kaum Yehuda merindukan sosok seorang pemimpin terkemuka; pemimpin yang kembali mengubah dan mengangkat martabat bangsanya dari keterpurukan Allah memakai bibir Zakharia menyampaikan rancangan ilahi di masa yang bukan bersifat partkularistis, melainkan universal. Tetapi bagi orang Yehuda, nubuat itu memiliki nilai politik yang begitu kental. ltulah sebabnya jangan heran bila dikemudian hari ketika Yesus Kristus telah hadir dalam dunia kekaisaran Romawi dan saat lA diarak-arakan menuju kota Yerusalem (bnd. Mat. 21 : 5 3 Yoh 12:15) semua orang Yahudi yakin dan bersukacita karena Mesias yang dinubuatkan Zakharia itu telah menjadi nyata di tengah-tengah pengharapan mereka.

PENJELASAN TEKS Bila dicermati secara baik nubuat nabi Zakharia di pasal 9 : 9~10, ada dua hal penting yang tersirat di dalamnya.

yang pertama Sukacita datangnya seorang raja Yehuda (ay. 9) Dalam nubuatan ini, nabi Zakharia menyampaikan seruannya bagi seluruh kaum Yehuda saat setelah pulang dari negeri pembuangan Babel, agar mereka selalu memiliki semangat pengharapan. Ketika sekembali dari pembuangan menurut nabi Zakharia spiritualitas kaum Yehuda jangan sampai kendor, melainkan semakin bertambah pengharapan akan datangnya seorang raja yang besar atas mereka. Bila saatnya tiba, sosok raja yang dinanti-nantikan itu datang, suasana sukacita dan nyanyian yang nyaring harus diperdengarkan. Perhatikan Zakharia menggunakan dua nama tempat yang selalu dibangga-banggakan oleh seluruh kaum Yehuda, yaitu Sion dan Yerusalem. Zakharia berkata: “hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem !" Kata puteri Sion dan puteri merujuk pada orang-orang Yehuda yang biasanya menyembah Allah di Bait Suci di bukit Sion dan kaum Yehuda yang mendiami kota Yerusalem, agar mereka bersorak-sorai menyambut datangnya sang raja itu. Mungkin saja kaum Yehuda akan bertanya, raja yang bagaimana itu ? Zakharia menyebut tiga karakter dari raja yang akan datang itu, yaitu: adil, jaya, lemah lembut dan mengendarai seekor keledai beban yang muda. Sesungguhnya kaum Yehuda pada waktu itu merindukan sosok pemimpin (raja) yang adil dan menciptakan damai sejahtera bagi rakyatnya; la tidak menggunakan kekerasan militernya untuk memerintah dengan kejam, melainkan sifat kerendahan hati dalam kepemimpinannya:

Kata Adil menunjukkan bahwa raja itu akan menegakkan hukum bagi kaum Yehuda dan juga bangsa-bangsa lain, seperti tertulis dalam Yesaya 42 : 1, 3, 4 Mengapa ? Karena keadilan adalah prasyarat pertama seorang raja dalam kepemimpinannya sebagai 4 dasar bagi damai sejahtera bagi rakyat dan bangsa-bangsa yang lain.

 Kata Jaya menunjukkan bahwa raja itu hadir di tengahtengah rakyatnya bukan untuk mencelakakan, melainkan menyelamatkan. Hal ini mau menegaskan bahwa raja yang dinubuatkan nabi Zakharia adalah seorang pemimpin yang oleh karena pengorbanannya, ia selalu dikenang di sepanjang masa.

 Lalu, kata Lemah-Iembut menunjukkan bahwa raja itu dalam pemerintahannya tidak menggunakan kekerasan terhadap rakyatnya dan rakyat bangsa-bangsa lain. Dengan memiliki karakter Iemah lembut, maka raja itu akan mengorbankan segala kepentingan pribadinya demi kepentingan rakyatnya; hal ini menunjukkan pada kerendahan hati, bukan keangkuhan dan kesombongan. Kemudian,

kata Mengendarai seekor keledai muda, menunjukkan pada karakter raja itu bersahaja, ia tidak menunjukan dirinya sebagai seorang raja yang jauh dan rakyatnya tidak seperti raja-raja pada umumnya yang sering menunggangi seekor kuda perang. Hal ini membuktikan bahwa raja yang dinubuatkan nabi Zakharia ini adalah raja yang sangat dekat dengan rakyatnya (merakyat). ; Ketika hadirnya Yesus Kristus, nubuat nabi Zakharia benar-benar digenapi lebih dari 500 tahun kemudian pada saat Tuhan Yesus bersama dengan murid-muridnya memasuki kota Yerusalem. Katakanlah kepada puteri Sion; Lihat rajamu datang kepadamu, la Iemah Iembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda (Mat. 21 : 5). Penulis lnjil Matius menjelaskan bahwa peristiwa itu terjadi agar genaplah apa yang dinubuatkan oleh nabi Zakharia dalam perjanjian Lama. Kedatangan Yesus ini (Raja, Mesias) ini begitu berbeda, tidak seperti cara-cara dunia yang penuh dengan kesombongan, keangkuhan, saling menantang dan menonjolkan kekuatan. Kehadiran Yesus Kristus sebagai Raja tidak memakai cara-cara kekerasan dengan menyandang pedang melainkan dengan keadilan, kelemahlembutan dan damai. Penulis lnjil Matius dan Yohanes menjelaskan bahwa Yesus meminta menunggangi keledai muda adalah untuk menggenapkan nubuat dari Zakharia yaitu : 5 “Hai puteri Sion, dengarkanlah dan lihatlah, Raja itu akan masuk ke Sion, Rajamu datang. la lemah lembut dan mengendarai seekor keledai beban betina yang muda“. Waktu Yesus memasuki Yerusalem dengan menaiki keledai. orang Yahudi langsung tahu bahwa inilah sang raja itu, maka mereka merespon dengan mengutip Mazmur 118 : 26 “Hosana bagi Dia Anak Daud, yang datang dalam nama Tuhan, Dia yang maha tinggi !" Orang-orang itu menghamparkan jubah mereka yang mahal di jalan sebagai wujud penghormatan kepada Tuhan Yesus. 2.2 Wibawa dan kuasa yang dimiliki raja Yehuda itu (10) Kondisi yang dialami kaum Yehuda pada waktu itu tidak saja soal tekanan politik dari kerajaan Persia, tetapi juga kontra politik antara kerajaan Israel Utara (Efraim) dan kerajaan Yehuda (Yerusalem). Maka nabi Zakharia pun menegaskan lewat nubuatnya bahwa raja yang dinanti-nantikan itu akan bertindak berdasarkan inisiatifnya sendiri untuk melenyapkan perseturuan di antara mereka. Kereta-kereta perang Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem menggambarkan tentang permusuhan di antara ke dua kerajaan itu, akan dilenyapkan dengan keadilan. kejayaan, kelemahlembutan yang dimiliki raja itu. Dengan menungangi keledai muda, raja itu akan melenyapkan busurbusur panah di antara dua kerajaan itu; dia pun akan memberitakan damai, bukan saja untuk Efraim dan Yerusalem, tetapi juga seluruh bangsa. Dengan demikian, raja itu akan memiliki kekuasaan dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi. Hal ini menggambarkan tentang wibawa raja itu dan kekuasaannya melebihi semua raja yang berkuasa pada waktu itu. Ketika Yesus Kristus (Mesias) hadir dalam dunia, nubuat nabi Zakharia benar-benar digenapi dalam seluruh tugas dan pekerjaan-Nya. Pengajaran dan pelayanan Yesus menekankan tentang damai sejahtera, bukan permusuhan di antara orangorang Samaria dan Yahudi. Perhatikan bagaimana keterlibatan Yesus untuk mendamaikan orang-orang Yahudi dan orang-orang Samaria, yang tergambar dalam cerita percakapan Yesus dengan 6 perempuan Samaria (Yohanis 4 : 9), dan perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang murah hati (Lukas 10 : 25~37). Kita bisa melihat bagaimana pengajaran dan pelayanan Yesus benar-benar menekankan tentang damai. Yesus membuktikan diri-Nya sebagai Raja Damai bukan saja untuk mendamaikan orang-orang Yahudi dan Samaria, melainkan juga untuk semua suku bangsa. Kematian-Nya di kayu salib adalah untuk mendamaikan orangorang berdosa dengan Allah. Damai itu juga yang diajarkan Yesus kepada para rasul-Nya membawa damai kepada semua orang. la berfirman, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Marius 5 : 9). PENERAPAN 3.1 Melalui pembacaan ini kita diingatkan oleh nabi Zakharia bahwa kedamaian merupakan suatu kebutuhan setiap orang. Tentu saja semua orang berharap agar dalam kehidupan berjemaat, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kedamaian itu menjadi impian setiap orang. Tidak ada seorangpun yang tidak butuh kedamaian; semua orang tentunya membutuhkannya, baik secara pribadi, keluarga, jemaat dan masyarakat pada umumnya. Kehadiran nabi Zakharia melalui nubuatnya ini mengingatkan kita bahwa sekalipun Yesus Kristus, Sang Raja Damai itu, telah membuktikan kepada dunia tentang nilai kedamaian, melalui seluruh pengajaran dan pelayanan-Nya hingga pada kematian-Nya di atas kayu salib, tidak lagi diterjemahkan sebagai impian, melainkan menjadi tugas dan tanggung jawab setiap orang percaya. Menciptakan kedamaian di antara sesama merupakan tugas bersama. tugas Gereja di masa kini. Gereja terpanggil untuk menyuarakan suara profetis perdamaian, bukan menciptakan konflik diantara sesama manusia. Kristus Yesus adalah Raja Damai, Raja yang mendamaikan manusia dengan Allah, dan manusia dengan sesamanya. 7 3.2 Kehadiran Yesus dalam dunia ini membuktik kepada dunia bahwa Dia bukanlah Raja yang menciptakan konflik politik, ekonomi dan social, antara golongan suku dan agama; Dia hadir dengan menunggangi keledai muda di dalam kerendahan. Kehadiran-Nya sebagai Raja Yang Adil, Jaya dan Lemah-Iembut tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mendamaikan manusia dengan Allah dan manusia dengan sesamannya.

Ketika keadilan ditegakkan pengabdian bagi kepentingan orang banyak terlaksana dan kepemimpinan yang melayani dijalankan oleh setiap anak-anak Tuhan di berbagai profesi, kedamaian pasti tercipta. Karena itu, sebagai orang percaya, mari kita menciptakan kedamaian itu melalui sikap yang adil, pengabdian yang benar dan pelayanan kita yang tulus, sebagaimana yang dilakukan Kristus Yesus di dalam penderitaan dan kematian-Nya, niscaya semua orang akan merasa damai melalui hidup dan karya kita. Amin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERDAYAAN YANG DI KEHENDAKI TUHAN

Taat menjadi murid Tuhan

Roh Kudus Allah dan Pemberitaan Allah