Renungan Mingguan Kristen
Raja Adil, Jaya dan Lemah Lembut
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
“Passio Judika – Berilah Keadilan“
PEMBACAAN ALKITAB : ZAKARIA 9 : 9~10
TEMA : Raja Adil, Jaya dan Lemah Lembut
Minggu sengsara ke enam
ini secara liturgis dikenal dengan nama Passio Judica : “Judica me, Deus”
adalah Bahasa Latin yang berarti Berilah keadilan kepadaku ya Allah...".
lni adalah kata-kata awal dari Mazmur 43:1.
Di Jerman khususnya di Gereja Katolik, malam sebelum hari Minggu Judika ini, biasanya salib di dalam ruang gereja ditutup dengan kain berwarna hitam atau ungu. Praktek menutup salib di minggu Judika ini bermakna memberi suasana lain; agar jemaat lebih berfokus pada kata-kata yang disampaikan dalam dua minggu terakhir di periode minggu sengsara dan tidak pada benda yang ada dalam gedung. Selubung itu juga bermakna menimbulkan kerinduan akan waktu Paskah di mana keindahan salib itu akan dinampakkan. Selubung itu tidaklah untuk selamanya, sementara saja, artinya suasana sendu minggu sengsara itu sementara saja. Ketika selubung di buka menjelang paskah pagi, akta ini bermaksud mengingatkan umat akan kehidupan kita di dunia. Kita hidup dalam dunia yang terselubung dunia yang sementara Lewat kematian dan kebangkitan keindahan yang sesungguhnya bersama Allah dapat kita alami selamanya.
,,
Mengharapkan suatu
kehidupan masyarakat yang sejahtera, damai dan makmur adalah kerinduan semua
orang, apalagi bila suatu komunitas tertentu bertahun-tahun berada dalam
kondisi yang tertekan.
2 Bila tekanan politik, sosial dan ekonomi melanda
suatu masyarakat tertentu biasanya muncul gerakan-gerakan pengharapan
(kargoisme) suatu masa yang damai. Hal ini sering kita jumpai di setiap tempat
di dunia ini.
Di Papua misalnya
gerakan kargoisme yang sering disebut Koreri adalah suatu gerakan pengharapan
akan masa kesejahteraan.
(gererakan koreri adalah gerakan perlawanan rakyat papua. Khususnya diBiak
kepada Agama baru yang dibawah oleh orang kulit putih (Agama Kristen). Gerakan koreri
juga adalah gerakan masyarakat papua atas
ketidakadilan yang dilakukan oleh kolonialis di papua.
Maka ketika
masyarakat merindukan kondisi sejahtera, mereka pun mengimpikan figur seorang
pemimpin sebagai sosok pembawa kesejahteraan. Hal ini pun dialami dan dirasakan
oleh kurang lebih 50.000 orang Yehuda di Yerusalem setelah 20 tahun kembali dan
pembuangan di Babel. Ketika Babel runtuh kaum Yehuda dikuasai penuh oleh
kerajaan Persia. Maka atas izin raja Persia, sejumlah masyarakat Yehuda kembali
ke Yerusalem di bawah bimbingan nabi Zakaria dan Hagar. Kedua nabi ini
dihadirkan Allah untuk mengarahkan dan memberi semangat bagi bangsa itu guna
membangun kembali kota Yerusalem dan Bait Sucinya. Diperkirakan sekitar tahun
516-515 SM pembangunan Bait Allah selesai dikerjakan dan ditahbiskan bagi
orang-orang Yehuda. Tampilnya nabi Zakaria (artinya Allah
mengingat) di tengah-tengah komunitas orang Yehuda memberi inspirasi
spikis dan religius bagi kaum Yehuda, dia hadir tidak saja sebagal motivator
pembangunan Bait Allah dan kota Yerusalem melainkan pula menjadi corong profetis
akan hadirnya seorang Mesias (pemimpin) damai sejahtera dan keselamatan seluruh
bangsa. Pembacaan kita saat ini (Zakharia 9 : 9~10) merupakan nubuat yang
disampaikan saat kaum Yehuda merindukan sosok seorang pemimpin terkemuka;
pemimpin yang kembali mengubah dan mengangkat martabat bangsanya dari
keterpurukan Allah memakai bibir Zakharia menyampaikan rancangan ilahi di masa
yang bukan bersifat partkularistis, melainkan universal. Tetapi bagi orang
Yehuda, nubuat itu memiliki nilai politik yang begitu kental. ltulah sebabnya
jangan heran bila dikemudian hari ketika Yesus Kristus telah hadir dalam dunia
kekaisaran Romawi dan saat lA diarak-arakan menuju kota Yerusalem (bnd. Mat. 21
: 5 3 Yoh 12:15) semua orang Yahudi yakin dan bersukacita karena Mesias yang
dinubuatkan Zakharia itu telah menjadi nyata di tengah-tengah pengharapan
mereka.
PENJELASAN TEKS Bila
dicermati secara baik nubuat nabi Zakharia di pasal 9 : 9~10, ada dua hal
penting yang tersirat di dalamnya.
yang pertama Sukacita datangnya
seorang raja Yehuda (ay. 9) Dalam nubuatan ini, nabi Zakharia menyampaikan
seruannya bagi seluruh kaum Yehuda saat setelah pulang dari negeri pembuangan
Babel, agar mereka selalu memiliki semangat pengharapan. Ketika sekembali dari
pembuangan menurut nabi Zakharia spiritualitas kaum Yehuda jangan sampai
kendor, melainkan semakin bertambah pengharapan akan datangnya seorang raja
yang besar atas mereka. Bila saatnya tiba, sosok raja yang dinanti-nantikan itu
datang, suasana sukacita dan nyanyian yang nyaring harus diperdengarkan.
Perhatikan Zakharia menggunakan dua nama tempat yang selalu dibangga-banggakan
oleh seluruh kaum Yehuda, yaitu Sion dan Yerusalem. Zakharia berkata: “hai
puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem !" Kata puteri Sion
dan puteri merujuk pada orang-orang Yehuda yang biasanya menyembah Allah di
Bait Suci di bukit Sion dan kaum Yehuda yang mendiami kota Yerusalem, agar
mereka bersorak-sorai menyambut datangnya sang raja itu. Mungkin saja kaum
Yehuda akan bertanya, raja yang bagaimana itu ? Zakharia menyebut tiga karakter
dari raja yang akan datang itu, yaitu: adil, jaya, lemah lembut dan mengendarai
seekor keledai beban yang muda. Sesungguhnya kaum Yehuda pada waktu itu
merindukan sosok pemimpin (raja) yang adil dan menciptakan damai sejahtera bagi
rakyatnya; la tidak menggunakan kekerasan militernya untuk memerintah dengan
kejam, melainkan sifat kerendahan hati dalam kepemimpinannya:
Kata Adil menunjukkan
bahwa raja itu akan menegakkan hukum bagi kaum Yehuda dan juga bangsa-bangsa
lain, seperti tertulis dalam Yesaya 42 : 1, 3, 4 Mengapa ? Karena keadilan
adalah prasyarat pertama seorang raja dalam kepemimpinannya sebagai 4 dasar
bagi damai sejahtera bagi rakyat dan bangsa-bangsa yang lain.
Kata Jaya menunjukkan bahwa raja itu hadir di
tengahtengah rakyatnya bukan untuk mencelakakan, melainkan menyelamatkan. Hal
ini mau menegaskan bahwa raja yang dinubuatkan nabi Zakharia adalah seorang
pemimpin yang oleh karena pengorbanannya, ia selalu dikenang di sepanjang masa.
Lalu, kata Lemah-Iembut menunjukkan bahwa raja
itu dalam pemerintahannya tidak menggunakan kekerasan terhadap rakyatnya dan
rakyat bangsa-bangsa lain. Dengan memiliki karakter Iemah lembut, maka raja itu
akan mengorbankan segala kepentingan pribadinya demi kepentingan rakyatnya; hal
ini menunjukkan pada kerendahan hati, bukan keangkuhan dan kesombongan.
Kemudian,
kata Mengendarai seekor
keledai muda, menunjukkan pada karakter raja itu bersahaja, ia tidak menunjukan
dirinya sebagai seorang raja yang jauh dan rakyatnya tidak seperti raja-raja
pada umumnya yang sering menunggangi seekor kuda perang. Hal ini membuktikan bahwa
raja yang dinubuatkan nabi Zakharia ini adalah raja yang sangat dekat dengan
rakyatnya (merakyat). ; Ketika hadirnya Yesus Kristus, nubuat nabi Zakharia
benar-benar digenapi lebih dari 500 tahun kemudian pada saat Tuhan Yesus
bersama dengan murid-muridnya memasuki kota Yerusalem. Katakanlah kepada puteri
Sion; Lihat rajamu datang kepadamu, la Iemah Iembut dan mengendarai seekor
keledai, seekor keledai beban yang muda (Mat. 21 : 5). Penulis lnjil Matius
menjelaskan bahwa peristiwa itu terjadi agar genaplah apa yang dinubuatkan oleh
nabi Zakharia dalam perjanjian Lama. Kedatangan Yesus ini (Raja, Mesias) ini
begitu berbeda, tidak seperti cara-cara dunia yang penuh dengan kesombongan,
keangkuhan, saling menantang dan menonjolkan kekuatan. Kehadiran Yesus Kristus
sebagai Raja tidak memakai cara-cara kekerasan dengan menyandang pedang
melainkan dengan keadilan, kelemahlembutan dan damai. Penulis lnjil Matius dan
Yohanes menjelaskan bahwa Yesus meminta menunggangi keledai muda adalah untuk
menggenapkan nubuat dari Zakharia yaitu : 5 “Hai puteri Sion, dengarkanlah dan
lihatlah, Raja itu akan masuk ke Sion, Rajamu datang. la lemah lembut dan
mengendarai seekor keledai beban betina yang muda“. Waktu Yesus memasuki
Yerusalem dengan menaiki keledai. orang Yahudi langsung tahu bahwa inilah sang
raja itu, maka mereka merespon dengan mengutip Mazmur 118 : 26 “Hosana bagi Dia
Anak Daud, yang datang dalam nama Tuhan, Dia yang maha tinggi !"
Orang-orang itu menghamparkan jubah mereka yang mahal di jalan sebagai wujud
penghormatan kepada Tuhan Yesus. 2.2 Wibawa dan kuasa yang dimiliki raja Yehuda
itu (10) Kondisi yang dialami kaum Yehuda pada waktu itu tidak saja soal
tekanan politik dari kerajaan Persia, tetapi juga kontra politik antara
kerajaan Israel Utara (Efraim) dan kerajaan Yehuda (Yerusalem). Maka nabi
Zakharia pun menegaskan lewat nubuatnya bahwa raja yang dinanti-nantikan itu
akan bertindak berdasarkan inisiatifnya sendiri untuk melenyapkan perseturuan
di antara mereka. Kereta-kereta perang Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem
menggambarkan tentang permusuhan di antara ke dua kerajaan itu, akan
dilenyapkan dengan keadilan. kejayaan, kelemahlembutan yang dimiliki raja itu.
Dengan menungangi keledai muda, raja itu akan melenyapkan busurbusur panah di
antara dua kerajaan itu; dia pun akan memberitakan damai, bukan saja untuk
Efraim dan Yerusalem, tetapi juga seluruh bangsa. Dengan demikian, raja itu
akan memiliki kekuasaan dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai
ke ujung-ujung bumi. Hal ini menggambarkan tentang wibawa raja itu dan
kekuasaannya melebihi semua raja yang berkuasa pada waktu itu. Ketika Yesus
Kristus (Mesias) hadir dalam dunia, nubuat nabi Zakharia benar-benar digenapi
dalam seluruh tugas dan pekerjaan-Nya. Pengajaran dan pelayanan Yesus menekankan
tentang damai sejahtera, bukan permusuhan di antara orangorang Samaria dan
Yahudi. Perhatikan bagaimana keterlibatan Yesus untuk mendamaikan orang-orang
Yahudi dan orang-orang Samaria, yang tergambar dalam cerita percakapan Yesus
dengan 6 perempuan Samaria (Yohanis 4 : 9), dan perumpamaan Yesus tentang orang
Samaria yang murah hati (Lukas 10 : 25~37). Kita bisa melihat bagaimana
pengajaran dan pelayanan Yesus benar-benar menekankan tentang damai. Yesus
membuktikan diri-Nya sebagai Raja Damai bukan saja untuk mendamaikan
orang-orang Yahudi dan Samaria, melainkan juga untuk semua suku bangsa.
Kematian-Nya di kayu salib adalah untuk mendamaikan orangorang berdosa dengan
Allah. Damai itu juga yang diajarkan Yesus kepada para rasul-Nya membawa damai
kepada semua orang. la berfirman, “Berbahagialah orang yang membawa damai,
karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Marius 5 : 9). PENERAPAN 3.1
Melalui pembacaan ini kita diingatkan oleh nabi Zakharia bahwa kedamaian
merupakan suatu kebutuhan setiap orang. Tentu saja semua orang berharap agar
dalam kehidupan berjemaat, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, kedamaian
itu menjadi impian setiap orang. Tidak ada seorangpun yang tidak butuh
kedamaian; semua orang tentunya membutuhkannya, baik secara pribadi, keluarga,
jemaat dan masyarakat pada umumnya. Kehadiran nabi Zakharia melalui nubuatnya
ini mengingatkan kita bahwa sekalipun Yesus Kristus, Sang Raja Damai itu, telah
membuktikan kepada dunia tentang nilai kedamaian, melalui seluruh pengajaran
dan pelayanan-Nya hingga pada kematian-Nya di atas kayu salib, tidak lagi
diterjemahkan sebagai impian, melainkan menjadi tugas dan tanggung jawab setiap
orang percaya. Menciptakan kedamaian di antara sesama merupakan tugas bersama.
tugas Gereja di masa kini. Gereja terpanggil untuk menyuarakan suara profetis
perdamaian, bukan menciptakan konflik diantara sesama manusia. Kristus Yesus
adalah Raja Damai, Raja yang mendamaikan manusia dengan Allah, dan manusia
dengan sesamanya. 7 3.2 Kehadiran Yesus dalam dunia ini membuktik kepada dunia
bahwa Dia bukanlah Raja yang menciptakan konflik politik, ekonomi dan social,
antara golongan suku dan agama; Dia hadir dengan menunggangi keledai muda di
dalam kerendahan. Kehadiran-Nya sebagai Raja Yang Adil, Jaya dan Lemah-Iembut
tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mendamaikan manusia dengan Allah dan
manusia dengan sesamannya.
Ketika keadilan
ditegakkan pengabdian bagi kepentingan orang banyak terlaksana dan kepemimpinan
yang melayani dijalankan oleh setiap anak-anak Tuhan di berbagai profesi,
kedamaian pasti tercipta. Karena itu, sebagai orang percaya, mari kita
menciptakan kedamaian itu melalui sikap yang adil, pengabdian yang benar dan
pelayanan kita yang tulus, sebagaimana yang dilakukan Kristus Yesus di dalam
penderitaan dan kematian-Nya, niscaya semua orang akan merasa damai melalui
hidup dan karya kita. Amin.
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar