Renungan Mingguan Kristen

renungan terbaru

Gambar
RUMAH  ALLAH  DITENGAH-TENGAH KITA berbicara tetang rumah Allah maka kita berbicara tentang kemah suci dalam pembacaan ini, atau gereja yakni rumah tempat berdoa dan melakukan upacara agama krsiten, juga keluarga Allah yang dibangun atas landasan Yesus Kristus atau bait-Nya yang mulia, tempat Allah berkenan tinggal.  maka dengan demikian jika kita berbicara tentang rumah Allah ditengah-tengah kita artinya Tuhan tinggal bersama kita.  (ay. 1-8) D alam pasal ini   Perintah-perintah diberikan untuk mendirikan Kemah Suci dan memasang semua perlengkapannya di tempat-tempat yang semestinya ,Israel memasuki era yang baru, mereka akan memasang Kemah Suci dan segala perabotan yang telah dibuat sesuai perintah Tuhan. Nas dimulai dengan menunjukkan kapan pendirian Kemah Suci harus dilakukan, yaitu "hari pertama dari bulan yang pertama"   Ini semua terjadi persis pada permulaan tahun yang kedua. sebelum melihat terlalu jauh perlu diketahui bahwa Nas ini terdiri dari dua bagian. Bagian pe

KEBERPIHAKKAN PADA YANG LEMAH BERDAMPAK MEMPERSATUKAN

 

AYUB 29:1-15


KEBERPIHAKKAN PADA YANG LEMAH BERDAMPAK MEMPERSATUKAN

Apa pentingnya mengingat masa lalu? Adakah sesuatu yang bisa dipelajari dari sejarah?

Masa lalu bergantung bagaimana kita menyikapinya, sejarah bisa menjadi cambuk positif yang memacu sikap kita sekarang untuk mengantisipasi masa depan.

Atau sebaliknya, kita bisa menjadi frustasi karena tidak mampu keluar dari jebakan masa lalu.

 Ayub pasal  29-31, nampaknya suatu kesatuan sastera yang sukar dipecah-pecahkan.

 Bagian pertama uraian ini, pasal 29, merupakan sebuah contoh jitu bagaimana orang Israel dahulu memikirkan suatu hidup yang bahagia.

Ayat 1-6 kesaksian kekariban Ayub dengan Allah di masa lalu sebelum menderita

Ketika Ayub mengingat-ingat masa lalunya, ia menyadari beberapa hal. Pertama, Tuhan mengasihinya. Tuhan memelihara dan menuntun Ayub dalam situasi baik  dan keadaan buruk (ayat 3-6).  kedua, Ayub bertumbuh menjadi seseorang yang mengasihi Allah dan mengasihi sesama.

ayat 7-11). Kejayaan dan pelayanan

Kebahagiaannya sempurna dengan keluarga dan kekayaan yang melimpah. Lebih dari itu, Ayub adalah orang yang bergaul akrab dengan Allah. Selain kemakmuran, Ayub juga memiliki kehormatan

dengan kualitas hidup yang seperti itu, Ayub dihormati oleh banyak orang. Orang muda hormat kepadanya dan para pejabat serta petinggi pemerintahan segan terhadapnya(ayat 7-8)

Kehadirannya yang menebarkan pengharapan, kesejukan, dan sukacita selalu ditunggu orang lain(ayat 9-10).

Hidupnya diabdikan untuk menolong orang-orang yang kesusahan (ayat 12), menghibur mereka yang menderita (ayat 13). Tindakannya senantiasa adil, bagi orang tertindas ia adalah pembela (ayat 14-16) dan untuk orang lalim Ayub seorang hakim yang tegas (ayat 17).

 Ayat 17-22 ayub dan kebijaksanaan

 (ayat 21-23). Namun, hal yang juga disadari Ayub adalah ia tidak boleh terninabobo oleh masa lalu. Kenyataan itu sudah lewat (ayat 18 fikiranku: bersama-sama dengan sarangku aku akan binasa. Dan memperbanyak hari-hariku seperti burung peniks. (Burung foniks, feniks, atau foiniks dalam mitologi Mesir adalah sejenis burung api legendaris yang keramat. Burung api ini digambarkan memiliki bulu yang sangat indah berwarna merah dan keemasan. Burung foniks dikatakan dapat hidup selama 500 atau 1461 tahun).

20). Ia tidak lagi menjadi penuntun hidup bagi sesama, pemberi sukacita bagi orang berduka, dan pendorong semangat bagi mereka yang putus asa (ayat 24-25).

Sebagai anak Tuhan yang sudah ditebus, kita menengok ke belakang pada kayu salib Kristus agar iman kita diteguhkan untuk menghadapi masa kini. Kita harus mengarahkan pengharapan kita ke depan, kepada janji Allah yang akan digenapi-Nya pada waktu-Nya. Jalani hidup ini dalam kasih, sehingga hidup ini berarti bagi diri sendiri, menjadi berkat bagi sesama, dan berkenan bagi Tuhan.

 Seluruh pemahaman kita terhadap pergumulan Ayub nampaknya ditumpukan pada ayat 28. Pada akhirnya, apa yang kita cari dalam kehidupan kita? Apa yang menjadi kompas dalam hidup kita? Ada orang yang mencari kesuksesan, kekayaan, dan ketenaran.

Sepanjang pergumulannya, Ayub berdebat dengan teman-temannya tentang hal ini. Kini kita menjumpai bahwa yang terpenting adalah takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan. Inilah pangkal segala kekayaan yang tak ternilai dalam hidup.

Orang fasik bisa sukses, kaya, dan tenar. Orang benar pun bisa sukses, kaya, dan tenar. Tetapi orang benar juga bisa mengalami kegagalan dalam hidup, tetap miskin dan tidak pernah menjadi siapa-siapa. Artinya, itu semua bukanlah ukuran yang bisa dijadikan pegangan. Kita dipanggil untuk tetap menjadi orang benar karena ukuran kehidupan adalah takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan.

Dalam pasal 29 Ayub sendiri mengenang masa lalunya yang penuh kesuksesan, kekayaan, ketenaran, dan kehormatan. Tak ada satu pun yang perlu diimpikannya, sebab ia tidak berkekurangan dalam segala sesuatu yang pernah diimpikan orang. Namun, semua itu bisa lenyap sekejap, dan bagi Ayub hal itu sudah berlalu.

 

 

“Kita mungkin tidak hidup di masa lalu,

tapi masa lalu hidup di dalam diri kita.

Belajar dari masa lalu, hidup untuk hari ini, berharap untuk hari esok.

Masa lalu adalah kenangan terbaik yang membawa kita dalam kemenangan.

Hidup hanya bisa dipahami secara terbalik; tapi itu harus dihayati ke depan.

fimikirkan masa lalu, mimpikan masa depan,

konsentrasikan pikiran pada saat sekarang.

tetap berterimakasihlah pada masa lalu. Karenanya kita bisa lebih memahami apa yang harus di hindari. dalam proses melepaskan, kita akan kehilangan banyak hal dari masa lalu, tetapi kita akan menemukan diri kita sendiri sebab Tuhan tetap beserta”.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMBERDAYAAN YANG DI KEHENDAKI TUHAN

Taat menjadi murid Tuhan

Roh Kudus Allah dan Pemberitaan Allah