https://mimbargerejakristen.blogspot.com/2025/01/kesehatian-tentang-berkat.html Tentang perpuluhan Langsung ke konten utama

Renungan Mingguan Kristen

YOHANES

  MATERI UNTUK IBADAH KSP BULAN JANUARI JEMAAT GKI PNIEL MIMIKA   Penjelasan Ayat per Ayat Yohanes 4:1-42 Tema : PENGGENAPAN NUBUAT MESIAS CERMIN BAGI PENGGENAPAN NUBUAT PEMIMPIN BANGSA PAPUA Teks Yohanes 4:1-42 menceritakan perjumpaan Yesus dengan seorang perempuan Samaria di sumur Yakub. Peristiwa ini sangat penting karena menyoroti tema universalitas kasih Allah, panggilan untuk hidup dalam kebenaran, dan penyembahan sejati. Berikut adalah poin-poin utama dari bagian ini:   1.  Latar Belakang Sosial dan Budaya Orang Yahudi dan orang Samaria memiliki permusuhan yang panjang karena perbedaan sejarah, keyakinan, dan tempat ibadah mereka. Namun, Yesus melampaui batasan budaya dan sosial dengan berbicara kepada seorang perempuan Samaria, yang dianggap sebagai tindakan tidak biasa pada masa itu. Maknanya Teologinya: “  Kasih Allah Melampaui Batasan ” Yesus menunjukkan bahwa kasih Allah tidak terbatas pada bangsa atau kelompok tertentu. Dia mendekati perempuan Samar...

Tentang perpuluhan


 Asal Usul Perpuluhan

Perpuluhan adalah praktik memberikan 10% dari hasil atau pendapatan seseorang kepada Allah. Konsep ini berasal dari Perjanjian Lama, khususnya:

1. Masa Abraham

Dalam Kejadian 14:18-20, Abraham memberikan sepersepuluh dari hasil rampasan perang kepada Melkisedek, seorang imam Allah yang Mahatinggi. Ini adalah referensi pertama tentang perpuluhan dalam Alkitab, meskipun pada saat itu belum dijadikan hukum.

2. Masa Yakub

Dalam Kejadian 28:20-22, Yakub berjanji kepada Allah untuk memberikan sepersepuluh dari semua yang diterimanya sebagai tanda syukur dan pengabdian.

3. Hukum Taurat

Dalam Hukum Taurat, perpuluhan diperintahkan kepada umat Israel sebagai kewajiban (lihat Imamat 27:30-34, Bilangan 18:21-24, dan Ulangan 14:22-29). Tujuan perpuluhan saat itu adalah untuk:

  • Mendukung pelayanan para imam dan orang Lewi, yang tidak memiliki tanah warisan.
  • Membantu orang miskin, yatim piatu, dan janda.
  • Sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas berkat yang diterima.

Apakah Perpuluhan Masih Berlaku pada Masa Kini?

Pertanyaan tentang relevansi perpuluhan dalam masa Perjanjian Baru sering menjadi bahan diskusi. Berikut adalah beberapa pandangan:

1. Pandangan Bahwa Perpuluhan Masih Berlaku

Perpuluhan dianggap sebagai prinsip universal yang melampaui Hukum Taurat, karena praktik ini ada sebelum hukum diberikan (seperti pada Abraham dan Yakub).

Dalam Maleakhi 3:10, Allah menantang umat-Nya untuk membawa perpuluhan ke rumah perbendaharaan agar berkat Allah dicurahkan. Meskipun ini ada dalam konteks Perjanjian Lama, banyak yang percaya bahwa prinsip ini tetap relevan.

Beberapa gereja melihat perpuluhan sebagai cara mendukung pelayanan gereja dan pekerjaan misi.


2. Pandangan Bahwa Perpuluhan Tidak Lagi Wajib

Dalam Perjanjian Baru, fokusnya adalah pada memberi dengan sukarela, penuh sukacita, dan sesuai dengan kemampuan seseorang (2 Korintus 9:7: "Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita").

Yesus dan para rasul tidak secara eksplisit memerintahkan perpuluhan, tetapi mendorong kemurahan hati dan pengelolaan berkat untuk kemuliaan Allah.

Dalam Ibrani 7, perpuluhan Abraham kepada Melkisedek dipandang sebagai gambaran tentang Yesus, tetapi ini lebih menekankan pada peranan Yesus sebagai Imam Besar yang sempurna daripada kewajiban hukum perpuluhan.


Kesimpulan dan Renungan

1. Esensi Perpuluhan

Perpuluhan bukan hanya tentang angka 10%, tetapi tentang hati yang mengutamakan Allah dan bersyukur atas berkat-Nya. Prinsip utama adalah memberikan dengan sukacita, keikhlasan, dan sesuai kemampuan kita.

2. Konteks Masa Kini

Meskipun perpuluhan tidak secara eksplisit diwajibkan dalam Perjanjian Baru, prinsip memberi dengan murah hati dan mendukung pelayanan tetap berlaku. Praktik perpuluhan bisa menjadi pedoman, tetapi bukan aturan hukum yang kaku.


3. Refleksi Pribadi

Setiap orang diajak untuk memeriksa hatinya dalam memberi. Apakah kita memberi karena kewajiban, atau karena cinta kepada Allah dan sesama?

Pada akhirnya, memberi adalah bentuk ibadah yang mencerminkan pengakuan bahwa segala sesuatu berasal dari Allah. (mazmur 50)


Komentar

Postingan Populer