Langsung ke konten utama

Renungan Mingguan Kristen

Konflik dalam Rumah Tangga

  Konflik dalam Rumah Tangga Untuk membangun sebuah keluarga yang intim dan bahagia sering tidak semulus jalan tol, karena masalah atau konflik dalam hidup rumah tangga tidak dapat dihindari oleh siapapun. Mulanya hubungan asmara bisa saja terasa begitu menggairahkan, meyakinkan dan menyenangkan, namun setelah pasangan memasuki perkawinan ada banyak hal yang harus dihadapi. Kehidupan sebagai suami istri dengan sendirinya menuntut agar pasangan suami istri memiliki komitmen dan ketrampilan untuk mewujudkan perkawinan yang bahagia. Perkawinan menunjukkan sejauh mana kita mampu merundingkan berbagai hal dan seberapa terampil kita menyelesaikan konflik. Sepanjang hidup perkawinannya, semua pasangan akan menghadapi tekanan-tekanan baru. Tekanan-tekanan tersebut mungkin berasal dari luar perkawinan, mungkin juga dari dalam perkawinan itu sendiri, atau bahkan dari hal-hal yang sudah lama terpendam jauh di dalam diri mereka masing-masing. Menyesuaikan diri untuk hidup harmonis dengan seseo...

Tujuan perkawinan

 Tujuan Perkawinan Kristen



Sebuah perkawinan Kristen hendaknya bertujuan untuk mewujudkan keluarga/rumah tangga yang hidup dalam kasih Kristus dan menyatakannya istri kepada seluruh ciptaan Tuhan.

Seseorang yang dahulu hidup sendiri dan atau memiliki kekurangan dalam mewujudkan kasih Kristus itu, kemudian ingin diperlengkapi dengan pasangan yang membuat mereka saling mendorong dan menguatkan untuk mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari (bdk. Kej. 2:18). Dalam hal ini pula, bereproduksi atau memiliki keturunan bukanlah tujuan dari sebuah perkawinan Kristen. Pada umumnya memang pasangan suami istri mendambakan keturunan. 

Bahkan sejumlah pasangan menjadikan alasan keturunan sebagai tujuan perkawinan. 

Meskipun dalam kitab Kejadian 1:28 tertulis "Beranak cucu dan bertambah banyak serta penuhilah bumi. bukan berarti setiap perkawinan bertujuan untuk mendapatkan anak atau anak-anak. Justru firman Allah itu memberikan peringatan, tidak seorang pun diberikan kesempatan untuk membuat anak di luar perkawinan. Sebab Derkawinan adalah anugerah untuk menjalani kehidupan rumah tangga yang bertanggung jawab. Dalam hal ini juga TUHAN Allah menetapkan keluarga sebagai intitusi yang sah; laki-laki dan perempuan secara sah pula menikmati dalam kehormatan penuh seksualitas pemberian Allah.

 Dalam perkawinan yang disahkan dan diberkati itu, suami istri saling menghormati dan menikmati hubungan seksual secara bertanggung jawab di antara keduanya dan dengan TUHAN. Dengan demikian, setiap pasangan yantara ked wajib menjunjung seal kedudukan suami dan istri sebagai teman hidup yang diberkati Allah. sekalipun tidak memiliki keturunan.

Dalam sebuah keluarga Kristen, anak atau keturunan harus dilihat sebagai anugerah dari Tuhan. Oleh karenanya, melalui sebuah perwakinan, ketika Tuhan menganugerahkan keturunan/anak, kedua orang tuanya harus sungguh-sungguh bertanggung jawab atas pemberian Tuhan tersebut; dengan penuh kasih merawat dan membesarkannya (bdk. Maz. 127:3-

6). Tanggung jawab dan kasih terhadap anaknya itu akan membuat orang tua memiliki anak yang sehat secara fisik dan rohani (takut akan Tuhan) serta anak yang dapat meneruskan cinta-kasih keluarganya kepada seluruh makhluk ciptaan Tuhan

Komentar

Postingan Populer