Langsung ke konten utama

Renungan Mingguan Kristen

Refrensi renungan jumat Agung

Matius 27:32-44 Judul: “Salib: Jalan Sengsara yang Menjadi Jalan Keselamatan” Tema renungan yang disampaikan ? Penderitaan Dan Pengorbanan Kristus Bacaan: Matius 27:32-44 Pendahuluan: Hari ini kita memperingati Jumat Agung — hari ketika Yesus Kristus disalibkan. Bacaan kita dari Matius 27:32-44 membawa kita ke tengah penderitaan Yesus, saat Ia memikul salib menuju Golgota dan akhirnya digantung di kayu salib. Ini bukan sekadar kisah tragis, tetapi puncak dari kasih Allah kepada manusia. I. Salib Adalah Jalan Penderitaan yang Tidak Adil (ayat 32-38) Renungan: Yesus tidak bersalah, namun dihukum seolah-olah Ia penjahat besar. Dia diperlakukan seperti orang yang paling hina, diganti tempatnya dengan Barabas — seorang pembunuh. Penderitaan-Nya mencerminkan betapa dalam kasih Allah, Ia rela menderita untuk kita yang seharusnya menerima hukuman itu. Aplikasi: Apakah kita menyadari bahwa seringkali kita menerima kasih karunia, karena Yesus telah menggantikan tempat kita? Apakah kita siap memi...

Konflik dalam Rumah Tangga

 Konflik dalam Rumah Tangga



Untuk membangun sebuah keluarga yang intim dan bahagia sering tidak semulus jalan tol, karena masalah atau konflik dalam hidup rumah tangga tidak dapat dihindari oleh siapapun.

Mulanya hubungan asmara bisa saja terasa begitu menggairahkan, meyakinkan dan menyenangkan, namun setelah pasangan memasuki perkawinan ada banyak hal yang harus dihadapi. Kehidupan sebagai suami istri dengan sendirinya menuntut agar pasangan suami istri memiliki komitmen dan ketrampilan untuk mewujudkan perkawinan yang bahagia. Perkawinan menunjukkan sejauh mana kita mampu merundingkan berbagai hal dan seberapa terampil kita menyelesaikan konflik.

Sepanjang hidup perkawinannya, semua pasangan akan menghadapi tekanan-tekanan baru. Tekanan-tekanan tersebut mungkin berasal dari luar perkawinan, mungkin juga dari dalam perkawinan itu sendiri, atau bahkan dari hal-hal yang sudah lama terpendam jauh di dalam diri mereka masing-masing.

Menyesuaikan diri untuk hidup harmonis dengan seseorang, menyeimbangkan tugas-tugas karir yang sedang menanjak, membesarkan anak-anak, dan memberi dukungan satu sama lain, adalah tugas yang kompleks.

Banyak pasangan terkejut kala mereka mendapati konflik-konflik yang belum terselesaikan dengan orang tua dan/atau saudarasaudara kandung mereka, yang di kemudian hari muncul kepermukaan dalam hubungan perkawinan. Setiap konflik dalam rumah tangga menunjukkan adanya tuntutan yang besar terhadap pasangan suami istri ketika mereka berusaha mengatasi berbagai persoalan, yang menyangkut penyeimbangan kendali dan belajar memahami arti pengorbanan pada berbagai tingkatan yang baru dan cara memercayai orang yang mereka cintai.

Perkawinan tidak selalu menghadirkan begitu banyak tuntutan bagi orang-orang yang menjalaninya. Nenek moyang kita tidak begitu peduli dengan hal-hal tersebut. Bagi mereka pada umumnya, perkawinan adalah bagian dari kelangsungan hidup.

Sang suami mencari nafkah sedangkan sang istri merawat rumah dan anak-anak. Namun, kehidupan makin kompleks, pengetahuan dan nilai-nilai baru semakin bertambah, sehingga tuntutan adanya keintiman dalam perkawinan generasi pendahulu kita tidaklah sebesar tuntutan pada generasinsekarang. 

Dewasa ini, kita menginginkan jauh lebih banyak dari perkawinan; harapan-harapan yang semakin tinggi itu membuat kondisi perkawinan menjadi jauh lebih kompleks.

Oleh karena setiap rumah tangga diperhadapkan dengan tekanan tekanan yang dapat menimbulkan konflik, suami dan istri harus teru berupaya merawat keharmonisan rumah tangganya. Ada beberapa hal yan perlu dipahami dan dilakukan oleh setiap pasangan dalam membangun dan merawat keharmonisan tersebut.

a. Membangun dan Menjalin Keintiman

Dalam kitab Kejadian, Allah menciptakan laki-laki dan perempuan untuk menjalin hubungan dengan-Nya dan dengan sesama manusia. C.S. Lewis dalam bukunya The Four Loves, menuliskan "Cinta manusia dapat menjad gambaran sejati dari cinta Ilahi. Tidak kurang, tidak juga lebih."

Kejadian 2:25 mengatakan bahwa "Mereka keduanya telanjang manusia dan istrinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu." Telanjang dalam pengertian yang umum bagi manusia merupakan gambaran yang memalukan. Maka banyak manusia menutupi ketelanjangannya dengan topeng, berpura-pura, menyangkal, bersembunyi dan melindungi. Maka dalam kisah Adam dan Hawa, saat mereka menyadari bahwa mereka telanjang, mereka bersembunyi dari pasangannya dan dari Allah. Telanjang juga menunjukkan keintiman suami istri.

Keintiman yang seperti ini merupakan proses saling mengenal lebih dalam lagi. Keintiman tidak boleh diartikan semata hubungan seksual. Keintiman berarti bersikap terbuka dan tidak malu dalam pikiran, kehendak maupun emosi satu sama lain.

Sebuah perkawinan tidak akan bertahan lama jika pasangan tidak dapat memahami pentingnya upaya untuk meningkatkan dan menumbuhkan keintiman. Salah satu tugas yang paling penting dalam tahun-tahun pertama perkawinan adalah memahami arti keintiman dan mempelajari beberapa hal praktis yang dapat menumbuhkan keintiman.

b. Meningkatkan Keintiman dengan Menerima Perbedaan

Sesungguhnya, bagaimana kita mengerti tentang keintiman itu? Banyak orang yang menginginkan keintiman, tetapi sayangnya hanya sedikit orang yang mengetahui artinya. 

Secara sederhana, sebenarnya, keintiman berarti melihat "ke dalam diri sendiri."Bagaimana caranya kita membangun dan meningkatkan keintiman? Pertama, lihatlah pasangan kita melalui "mata Allah." Memang ini tidak semudah seperti dikatakan. 

Dalam perkawinan, keputusasaan yang muncul seringkali karena kita kehilangan pandangan sehingga tidak lagi mampu melihat pasangan kita seperti Allah melihatnya. Ketika pandangan kita terganggu, penghalang bagi keintiman perlahan mulai tumbuh.

Sewaktu dosa mula-mula terjadi, yang pertama dilakukan oleh Adam dan Hawa adalah membangun penghalang. Dalam hal ini penghalang yg dimaksud adalah selubung yang kita bangun agar orang lain tidak dapat melihat ke dalam kita.

Tidak perlu menunggu puluhan tahun untuk pasangan suami istri membangun penghalang dalam perkawinan mereka. Di tahun-tahun awal ini pun bisa terjadi. Penghalang itu berupa penghalang emosional, psikologis dan rohani terhadap keintiman yang dirindukan pasangan suami istri. 

Salah satu penghalang utama dari keintiman itu adalah keengganan untuk benar-benar menerima dan memahami perbedaan yang ada pada pasangan kita.

Kedua, memahami dunianya. Setiap pasangan suami istri berbeda halam hal kepribadian, latar belakang budaya, suku bangsa, urutan kelahiran, denominasi, dan lain sebagainya.

Seberapa banyak perbedaan itu sebenarnya tidak seberapa penting dibanding dengan sikap kita menghadapi perbedaanperbedaan itu.

Langkah pertama mengatasi perbedaan adalah mempelajari pasangan kita. Siapakah orang yang benar-benar Anda kenal ini? Tanyakan pada diri Anda sendiri, apakah saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk mempelajari dan berusaha

memahami pasangan saya? Atau, apakah saya lebih banyak merenungkan bagaimana seharusnya ia mempelajari dan berusaha memahami dan menyenangkan serta sepakat dengan saya?

Meningkatkan keintiman dengan cara memahami perbedaan membutuhkan usaha kedua belah pihak. 

Pahamilah terlebih dahulu pasangan anda, bagaimana ia menjalani hidupnya dan hidup di dunianya. Setelah itu, bergabunglah bersama dengan dia, dan terimalah keadaannya.

Ketiga, bergabung dengan dunianya. Banyak pasangan suami istri berada dalam kondisi saling menuntut untuk dipenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Bila tidak terpenuhi, keduanya saling menampakkan sikap saling tidak peduli, saling merendahkan dan saling menyakiti. Sesungguhhnya, bergabung dengan pasangan kita berarti kita mencintai, menerima dan menghargai pasangan kita sesuai dengan rencana Tuhan. 

Memendam sakit hati dapat membuat hubungan kita hancur, jika kita tidak memilih untuk memahami dan menghargai segala perbedaan yang ada di antara suami istri.

Keempat, menerima keberadaannya. Untuk meningkatkan keintiman, kita perlu melihat dari berbagai sudut pandang tentang siapa pasangan kita Kemudian, kita memohon pada Allah agar membantu kita menyadari kesempatan untuk menerima pasangan kita apa adanya dan berhubungan dengan dia. 

Keintiman merupakan proses dari dua orang yang saling mendekat, bukan dua orang yang menjadi sama.

c. Meningkatkan Keintiman dengan Mempraktikkan Cinta
yang Penuh Gairah

Sebagian besar perkawinan, bahkan yang berakhir dengan perceraian pun, pada awalnya memiliki beberapa tingkatan gairah. Perkawinan menjadi kandas karena tidak berusaha meningkatkan gairah tersebut. Untuk itu. ada beberapa hal yang perlu dipahami:
Pertama, cinta tak bersyarat. Dalam Yohanes 17 kita membaca sebuh percakapan yang sangat intim antara Bapa dan Putera. Inti pasal ini adalah ketika Krsitus berbicara mengenai kasih yang Allah berikan di dalam hati-Nya. Kristus menginginkan jenis kasih yang seperti ini ada dalam diri orang-orang yang dikasihi-Nya.
Kedua, pengampunan. Gairah cinta mencakup pengampunan. Memahami dan mengampuni adalah hal yang sangat penting apabila kita menginginkan tingkat keintiman yang lebih dalam. Semakin lama usia perkawinan, semakin mudah untuk mengumpulkan catatan-catatan kesalahan pasangan kita. Kita bahkan mencoba mengatasi kesalahan-kesalahan tersebut dan berpikir telah mengampuni pasangan kita. Tetapi, bila direnungkan kembali, maka akan timbul masalah.

Setiap orang pernah bersalah, jatuh dan kalah. Apabila kita punya komitmen untuk mencintai dengan sepenuh hati, maka kita mulai mengalami pengampunan dengan cara-cara yang lebih besar, penuh dan menyeluruh. 

Proses pengampunan itu sangat intim. Bagaimanapun juga. meminta pengampunan sangat berbeda dengan meminta maaf. Ketika kita mengakui kesalahan dan merindukan pengampunan, kita mempunyai jalan keluar untuk berbalik dari perilaku apa pun yang menyakitkan.

Apabila pasangan Anda memohon pengampunan, Anda harus benar-benar mengampuni, melepaskan sakit hati dan tidak memanfaatkan pengampunan Anda sebagai pengungkit atau amunisi di masa depan. Saat memberikan pengampunan haruslah dalam pemahaman bahwa kelak Anda mengingatmpasangan Anda menyadari kesalahannya, mengakui di hadapan Anda dan mengalami kelegaan dan kelepasan dari luka batin yang telah pulih. Inilah keintiman yang sebenarnya.

Pengampunan mengizinkan kita untuk saling mengenal dengan cara yang mendalam. Cinta yang penuh gairah dan pengampunan merupakan cinta tak bersyarat yang memperpendek jarak dan menyatukan, serta memberikan kesempatan untuk lebih erat lagi.

d. Meningkatkan Keintiman Melalui Doa

Keintiman mengandung totalitas diri kita sesuai dengan kehendak Allah. Saat kita meningkatkan hubungan rohani dengan Allah dan pasangan kita, maka saat itu juga segala aspek keintiman dalam hubungan suami istri terbangun dan meningkat. Hubungan rohani sangat penting bagi tingkat keintiman yang lebih dalam. Doa merupakan sarana untuk mengenal Allah dan pasangan yang tidak dapat disediakan oleh sarana yang lain.

Tidak sedikit orang Kristen menjalani kehidupan yang tidak berbeda dengan orang yang tidak percaya. Mereka sibuk, lelah, terburu-buru, cemas, depresi dan kadang-kadang bosan.

Kekuatan dan sukacita doa telah hilang. Meningkatkan keintiman melalui doa benar-benar membutuhkan komitmen ulang secara pribadi kepada Tuhan. 

Mintalah Tuhan untuk memperbarui hati, semangat dan menumbuhkan hubungan yang intim dengan Tuhan. Maka pertama, berdoalah bersama-sama, karena itu akan membuat kita mengerti isi hati pasangan kita.

 Kedua, doa menghasilkan kekuatan yang dapat meningkatkan hubungan. Ketika kita berdoa bersama, Allah ada di antara hubungan kita dan memberikan kita berkat-Nya.

Sebuah perkawinan dapat bertahan melalui kekuatan Alllah. Saat berdoa, kita bersyukur kepada Allah atas pemeliharaanNya dan memohon sesuatu yang kita butuhkan (bdk. Filipi 1:6 dan Filipi 2:13). Berdoa bersama pasangan Anda dapat meningkatkan gairah hidup bersama Allah dan pasangan Anda.

Doa memberikan cara untuk mencapai tujuan dan memiliki kekuatan dalam menghadapi pasang-surut kehidupan.



Komentar

Postingan Populer