Langsung ke konten utama

Renungan Mingguan Kristen

MATERI KATEKESASI 02

PENGGUNAAN MATERI KATEKISASI A. Latar Belakang Tuntutan zaman yang terus berubah telah mempengaruhi tumbuh dan kembangnya suatu bangsa dan negara, arah perubahan tersebut secara tidak langsung mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat, baik kebutuhan ekonomi, teknologi, Pendidikan, Keterampilan, Kesejahteraan, Keagamaan dan lain sebagainya.   Agama memiliki peran yang penting dalam kehidupan manusia dan menjadi dasar untuk mewujudkan suatu kehidupan manusia yang bermakna, damai dan bermartabat. Deasi ngan kata lain peran Gereja untuk mewujudkan manusia berakhlak msulia dimaksudkan agar terbentuknya kepribadian spiritual manusia beriman yang berprilaku dan berpikir positif, mencakup kehidupan yang beretika, memiliki budi pekerti yang luhur, bertanggungjawab, beribadah, dan memiliki kepekaan sosial. Manusia yang adalah gambaran Allah sendiri sebagai makluk yang mulia sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Menyadari kehadiran dan perannya yang penting, bagi pertumbuhan pembangunan kehidupa...

Nehemia 9:38 ; 10:1-29

 Berikut adalah khotbah singkat sebagai kesimpulan berdasarkan Nehemia 9:38 dan Nehemia 10:1–29, dengan tema:

 “Perpuluhan adalah Kesehatian dalam Penatalayanan di Gereja”


I. LATAR BELAKANG KITAB NEHEMIA

Kitab Nehemia merupakan bagian dari kisah pemulihan bangsa Israel setelah masa pembuangan di Babel. Nehemia sendiri adalah seorang pejabat tinggi di istana Raja Artahsasta dari Persia, yang kemudian diutus untuk membangun kembali tembok Yerusalem yang hancur.

Setelah tembok Yerusalem selesai dibangun (Nehemia 6), perhatian umat beralih dari pembangunan fisik menuju pemulihan rohani.

 Mereka mengumpulkan diri untuk mendengarkan pembacaan Taurat oleh Ezra (Nehemia 8), lalu menyesali dosa-dosa mereka dan nenek moyang mereka (Nehemia 9). 

Setelah pengakuan dosa yang panjang dalam pasal 9, umat Israel mengambil satu komitmen bersama kepada Tuhan, yang tercatat dalam Nehemia 9:38 dan pasal 10.

II. PENJELASAN TEKS

  1. Nehemia 9:38 > "Karena semuanya itu kami mengikat suatu perjanjian yang teguh dan menuliskannya. Dan para pemimpin kami, orang-orang Lewi kami dan para imam kami membubuhkan meterai pada perjanjian itu."

Makna: Ayat ini merupakan klimaks dari pengakuan dosa dan pertobatan umat Israel. Setelah menyadari kesalahan mereka dan kebaikan Tuhan, bangsa Israel mengambil tindakan konkret: mereka membuat perjanjian tertulis (sejenis sumpah suci) untuk kembali setia kepada Tuhan dan hidup sesuai hukum Taurat. Perjanjian ini bersifat formal, diikat dengan tanda tangan (meterai), dan menunjukkan keseriusan serta komitmen bersama.

2.Nehemia 10:1–29

a. Ayat 1–27:

Bagian ini mencantumkan nama-nama para pemimpin yang menandatangani perjanjian tersebut, termasuk Nehemia sendiri, para imam, orang Lewi, dan pemimpin-pemimpin rakyat. Ini menunjukkan bahwa kepemimpinan rohani dan politik Israel bersatu dalam kesepakatan ini. 

Penulisan nama ini menunjukkan kesungguhan dan tanggung jawab personal.

b. Ayat 28–29:

> "Dan yang lain dari bangsa itu, para imam, orang-orang Lewi, penunggu pintu gerbang, para penyanyi, para budak bait Allah dan semua orang yang memisahkan diri dari penduduk negeri untuk mengikuti hukum Allah, beserta isteri-isteri, anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, semua yang dapat mengerti, bergabung dengan saudara-saudara mereka, pemuka-pemuka mereka, dan berjanji dengan bersumpah akan hidup menurut hukum Allah..."

Makna: Seluruh bangsa, bukan hanya pemimpin, turut serta dalam perjanjian ini. Mereka:Memisahkan diri dari pengaruh bangsa-bangsa lain (menjaga kekudusan).

Berjanji secara sukarela dan sadar untuk taat kepada hukum Allah.

Melibatkan seluruh keluarga, termasuk wanita dan anak-anak yang sudah mampu mengerti.

Ini adalah tindakan tobat yang kolektif dan mencakup seluruh aspek kehidupan umat. Mereka tidak hanya mengaku dosa, tetapi mengambil langkah nyata untuk memperbaiki diri dan memulihkan hubungan mereka dengan Tuhan.

III. POIN PENGAJARAN UTAMA

  1. Pertobatan sejati menghasilkan komitmen nyata – Israel tidak berhenti pada penyesalan, tetapi melanjutkannya dengan tindakan konkret.
  2.  Kesatuan dalam penatalayanan rohani – Pemimpin dan rakyat bersama-sama membuat perjanjian; ini menggambarkan kesehatian dalam umat Allah.
  3.  Tanggung jawab pribadi dan komunal – Masing-masing orang menyadari peran dan tanggung jawabnya untuk hidup sesuai Firman Tuhan.
  4. Perjanjian sebagai wujud kesetiaan – Dalam konteks rohani, perjanjian ini menggambarkan janji kesetiaan untuk hidup kudus dan taat kepada Allah


Khotbah Singkat Berdasarkan tema : 

Pendahuluan:

Saudara-saudari yang terkasih dalam Tuhan, ketika kita membaca Nehemia 9:38 dan pasal 10:1–29, kita mendapati bahwa bangsa Israel, setelah menyadari dosa-dosa mereka dan menyatakan pertobatan, mengambil sebuah komitmen bersama—sebuah perjanjian yang ditandatangani oleh para pemimpin, imam, dan orang-orang Lewi. Salah satu poin penting dalam komitmen mereka adalah kesediaan untuk memberikan perpuluhan demi menopang rumah Tuhan.

I. Perpuluhan Lahir dari Komitmen Iman dan Pertobatan (Nehemia 9:38)

Setelah bangsa Israel merenungkan kesetiaan Tuhan dan kegagalan mereka, mereka membuat suatu perjanjian tertulis. Ini bukan tindakan emosional sesaat, tetapi buah dari pertobatan sejati. Maka, perpuluhan yang mereka berikan bukan karena tekanan hukum, melainkan hasil dari hati yang diserahkan kembali kepada Allah. Dalam kehidupan bergereja kita, memberi perpuluhan seharusnya lahir dari relasi yang dalam dengan Tuhan, bukan sekadar kewajiban agama.

II. Perpuluhan sebagai Tanda Kesehatian Umat (Nehemia 10:1–29)

Perhatikan bahwa tidak hanya satu atau dua orang yang menandatangani perjanjian ini. Ada puluhan nama tercatat. Ini menunjukkan bahwa seluruh komunitas iman bersatu hati. Mereka sehati dalam tekad untuk memelihara rumah Tuhan. Dalam konteks gereja masa kini, perpuluhan bukan sekadar urusan pribadi, tetapi merupakan ungkapan kesehatian dalam membangun pelayanan, mendukung para pelayan, dan menjaga keberlangsungan misi gereja.

III. Perpuluhan Menunjukkan Penatalayanan yang Bertanggung Jawab

Dalam pasal 10, bangsa Israel tidak hanya bicara tentang memberi, tetapi juga mencantumkan rincian: hasil tanah, anak sulung, buah-buahan, bahkan tanggung jawab masing-masing suku. 

Ini mencerminkan penatalayanan yang terstruktur dan bertanggung jawab. Demikian pula kita, dipanggil untuk memberi secara teratur, terencana, dan dengan penuh tanggung jawab karena kita sedang mengelola milik Tuhan, bukan sekadar menyumbang.

Penutup

Saudaraku, perpuluhan bukan hanya masalah angka. Ini tentang ketaatan, kesehatian, dan tanggung jawab kita bersama sebagai tubuh Kristus. Seperti bangsa Israel yang bersatu hati dalam janji mereka kepada Tuhan, marilah kita juga sehati dalam mempersembahkan yang terbaik bagi pekerjaan Tuhan di gereja   Amin.


Komentar

  1. Trima kasih pak guru...., sdh lebih jelas lagi pemahaman ttg perpuluhan

    BalasHapus
  2. Terima kasih pak guru jemaat atas penjelasannya.

    BalasHapus
  3. Christian Salaka14 Juli 2025 pukul 08.36

    Terima Kasih Pak Guru Jemaat atas penjelasannya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer