Renungan Mingguan Kristen
KATEKESASI PRAPERKAWINAN PART 1
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Perkawinan Kristen
Manusia adalah makluk sosial yang sejak semula
diciptakan Allah untuk hidup secara komunal. Sebagai makhluk sosial, manusia
membangun kehidupan bersamanya itu melalui interaksi sosial. Dalam interaksi
itu manusia memenuhi kebutuhan psikologisnya, yaitu rasa aman, kasih sayang,
perhatian, penghormatan, pengaktualisasian diri, serta segala sesuatu yang
berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan kehidupan jiwanya.
Interaksi sosial paling intim didapatkan manusia
dalam keluarga-melalui perperkawinan. Dalam komunitas manapun, perkawinan
mendapatkan perhatian penting karena menjadi pertemuan dua pribadi dan keluarga
yang menjadi satu. Dalam masyarakat diatur perkawinan diatur dengan prosedur
dan tata cara pelaksanaannya. Tak jarang juga disertai dengan
kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat yang berlaku. Di Indonesia sendiri,
perkawinan diadtur dalam Undang-undang Nomor I tahun 1974, yang dikenal dengan
nama: Undang-Undang Perkawinan. Undang-undang tersebut dimaksudkan sebagai dasar
hukum bagi suami istri yang menikah.
Perkawinan dalam agama Kristen adalah persatuan
antara suami dan istri dalam ikatan kudus. Perkawinan tertua yang dijelaskan
dalam Alkitab adalah perkawinan Adam dan Hawa. Allah berinisiatif menciptakan
Hawa bagi Adam sebagai penolong yang sepadan, agar keduanya menjadi satu
sebagai keluarga yang melanjutkan pengajaran Allah dalam karya hidup mereka.
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang laki-laki dan perempuan sebagai suami dan istri yang sah di hadapan
hukum maupun agama. Ikatan lahir adalah ikatan yang dapat dilihat dan
dibuktikan secara hukum yang berlaku. Ikatan lahir mempertegas kekuatan
hubungan suami istri di masyarakat dan negara. Sementara itu, ikatan batin
adalah ikatan yang meski tidak dapat dilihat namun memperkuat relasi intim
suami dan istri.
Dalam ikatan batin, suami dan istri saling
menunjukan dan memupuk relasi cinta kasih di antara mereka. Baik ikatan lahir maupun
ikatan batin tidak dapat diabaikan atau pun dipisahkan satu sama lain. Keduanya
harus saling mengisi untuk menjadikan kehidupan keluarga yang bahagia dan
bertanggung jawab
Dalam
pengajaran iman Kristen, perkawinan adalah ikatan seumur hidup sampai akhir
kehidupan. "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan
ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging"
(Kej. 2:24; Mat. 19:5; Efs. 5:31). Perkawinan bukan sekadar pemenuhan hasrat
seksual tetapi merupakan pertanggungjawaban di hadapan TUHAN dari suami istri
yang berjanji untuk membangun hidup rumah tangga yang beribadah kepada TUHAN.
Perkawinan Kristen memiliki dasar Alkitabiah yang
kuat serta mengikat suami dan istri untuk setia melaksanakannya. Dalam Kejadian
1:27 disebutkan bahwa Allah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan. Tuhan
memperkenankan mereka hidup bersama untuk memperoleh keturunan dan mengolah
alam ciptaan TUHAN Allah dengan penuh tanggung jawab. Melalui perkawinan,
laki-laki dan perempuan- yang menjadi satu dalam ikatan suami istri- bekerja
sama membangun dan memelihara kehidupan mereka bersama semua ciptaan lainnya
sebagai wujud beribadah pada TUHAN. Oleh karena perkawinan adalah ikatan seumur
hidup, maka suami dan istri bertanggung jawab untuk mencapai kebahagian bersama
sesuai dengan kasih Tuhan Yesus Kristus.
Dalam Kejadian 2:22 dikatakan "...dan dari
rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang
perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu." Ayat tersebut memberikan
penegasan bahwa dalam hidup rumah tangga Allah telah menetapkan hubungan yang
sepadan. Sepadan artinya selaras, seimbang, setara, tidak lebih tinggi dan
tidak lebih rendah. Hubungan suami istri adalah hubungan yang dibangun dalam
satu tujuan untuk saling memperlengkapi. Perempuan bukanlah manusia-kedua
setelah laki-laki yang diciptakan oleh Allah (bd. Kej. 1:27). Allah menciptakan
manusia seutuhnya. Keutuhan itu terletak dalam hubungan antar laki-laki dan
perempuan. Laki-laki tidak dapat menjadi manusia tanpa perempuan, demikian juga
sebaliknya. Hubungan suami dan istri dibangun dalam kesepadanan dan kesetaraan
seumur hidup.
Lebih lanjut perkawinan dalam iman Kristen adalah
ikatan yang berlangsung seumur hidup. Sebab Tuhan Yesus memberikan penegasan
dalam Mat.19:6 bahwa "...apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia." Perkawinan menjadi lambang keutuhan hubungan cinta
kasih Allah dengan umat-Nya. "Jangan engkau melanggar kekudusan nama
Allahmu; Akulah TUHAN. Kamu harus menguduskan dirimu, dan kuduslah kamu, sebab
Akulah TUHAN, Allahmu. Kamu harus berpegang pada ketetapan-Ku dan melakukannya;
Akulah TUHAN yang menguduskan kamu" (Im. 18:21b; 20:7,8b).
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar