Langsung ke konten utama

Renungan Mingguan Kristen

Engkau Sangat Berharga

  LATAR BELAKANG PENULISAN MAZMUR 8 Mazmur 8 adalah mazmur pujian yang ditulis oleh Daud, dan dalam pengantar disebutkan: “Untuk pemimpin biduan. Menurut lagu: Gitit. Mazmur Daud.” Lagu ini kemungkinan dinyanyikan dengan alat musik dari Gat (daerah Filistin). Mazmur ini mencerminkan kekaguman Daud terhadap kebesaran Allah, khususnya ketika ia merenungkan langit dan ciptaan Tuhan di malam hari. Mazmur ini menunjukkan kontras antara kebesaran Tuhan dan kecilnya manusia, namun justru dalam kerendahan manusia itu, Tuhan memberikan kehormatan dan kuasa. Mazmur ini memiliki nada pujian, kontemplasi, dan pengagungan kepada Tuhan yang Mahabesar, tetapi juga dekat dengan manusia. PENJELASAN AYAT PER AYAT & MAKNANYA Tema: Engkau Sangat Berharga Mazmur 8:1 > “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulia nama-Mu di seluruh bumi! Keagungan-Mu yang mengatasi langit dinyatakan!” Penjelasan: Daud membuka mazmur dengan pujian kepada Tuhan karena nama-Nya yang mulia. Nama Tuhan menggambarkan karakter d...

Allah Penguasa Hujan (Dan Elektronik)


 Allah Penguasa Hujan (dan Elektron) 

1 Raja-raja 17:1-6 

    Pada zaman modern hujan bukan lagi hal yang aneh, bahkan sains mampu menghasilkan hujan buatan. Namun, pada zaman kuno dan dalam kerajaan Ahab, penguasa hujan jelas adalah Baal. Jadi, ketika Elia berkata kepada Ahab, "..., sesungguhnya tidak akan ada embun atau hujan pada tahun-tahun ini, kecuali kalau kukatakan" (1), hal itu merupakan pemberontakan! Sebab Elia berkata demikian demi Allah Israel, sedangkan Raja Ahab menyembah Baal. Hal itu jelas bertolak belakang.

    Tetapi, Allah yang disembah Elia membuat cerita menjadi terbalik. Sungai Kerit memberi minum Elia dan burung gagak datang membawa roti baginya (3-6), seperti kisah Israel yang bertahan dengan manna di padang tandus. Hanya Allah yang sanggup melakukan hal itu, bukan Baal. Namun, "Baal modern" jauh lebih berkuasa dibandingkan dengan yang disembah Ahab. Uang, kekuasaan politik, bahkan kehebatan sains dapat membuat hati orang beriman ciut. Bukan hanya air hujan, melainkan juga pulsa, kuota, kepeng digital, dan "roh elektron"
yang mengalir dalam jagat Internet.

    Pada masa kini, seorang remaja dapat mencari sesuap nasi dengan mengalirkan konten digital lewat media sosial yang mendatangkan bayaran iklan. Dalam kehidupan modern seperti sekarang inilah, umat percaya menjadi terlempar. Namun, tantangan kita tetap sama, setia mengikut Tuhan dan firman-Nya, bahkan ketika kita tak mengerti cara kerja-Nya.

    Di sinilah letak dilemanya. Allah menuntun Elia dengan hal yang sederhana, yaitu minum dari air Sungai Kerit dan makan roti yang dibawa burung gagak. Pada zaman modern yang melejit serba instan, kita sering tak sabar lagi menunggu Allah dan mengikuti jalan-Nya yang dianggap terlalu berliku. Namun, iman justru sering bertumbuh dalam krisis kemarau panjang.

    Tantangan masa pandemi membuat kita, orang beriman, terpaksa undur ke balik tembok dunia digital, menunggu kapan badai akan berlalu. Tak ada kepastian. Namun, tantangan kita tetap sama, setia mengikut Tuhan dan firman-Nya.

Mari kita belajar dari Elia yang mau pergi dan melakukan firman Tuhan, sambil memohon pertolongan Tuhan. 

Komentar

Postingan Populer