Langsung ke konten utama

Renungan Mingguan Kristen

Ulangan 14:20-29 ulangan 26:12-15

 Berikut adalah penjelasan mengenai Ulangan 14:22–29 dan Ulangan 26:12–15 dengan tema: "Perpuluhan sebagai Ungkapan Syukur dan Tanggung Jawab Iman. " I. Latar Belakang  Kitab Ulangan merupakan kitab kelima dalam Pentateukh, ditulis dalam bentuk pidato Musa kepada generasi Israel yang akan masuk Tanah Perjanjian. Fokus utamanya adalah penegasan ulang hukum-hukum Taurat sebagai pedoman kehidupan umat yang setia kepada Tuhan. Dalam konteks ini, perpuluhan (Ibrani: ma‘ăśēr) adalah bagian dari pengaturan sosial, ekonomi, dan spiritual umat Israel. II. Eksposisi Teks Alkitab   Ulangan 14:22–29 Bagian ini menguraikan jenis perpuluhan tahunan dari hasil panen dan hewan ternak. Perintahnya adalah: Ayat 22–23: Setiap tahun, umat diperintahkan untuk menyisihkan sepersepuluh dari hasil ladang mereka dan membawanya ke tempat yang dipilih Tuhan untuk beribadah. Hal ini bertujuan agar mereka belajar takut akan Tuhan dan menyembah-Nya. Ayat 24–26: Jika tempat ibadah terlalu jauh, umat bo...

Menyatu Dalam Cinta Tuhan

PEMBACAAN ALKITAB : KIDUNG AGUNG 8 : 5~7 
TEMA : Menyatu dalam Cinta Tuhan 

    Kidung Agung atau juga acap disebut Kidung Salomo merupakan kumpulan nyanyian dan puisi mengenai relasi cinta seorang laki laki dan perempuan. Banyak tafsiran mengenai relasi ini, tetapi dalam kerangka pemberitaan firman hubungan cinta itu akan ditempatkan dalam kerangka relasi cinta Kristus dengan umat-Nya. 

 Ayat 5~7 : Kekuatan Cinta
 Cinta selalu mendorong orang yang dilanda cinta untuk berjumpa satu dengan yang lain. Apapun situasi yang harus dilalui tak menghalangi niat untuk berjumpa. seorang lelaki ketika mulai mengenal cinta dan sudah jatuh cinta,apalagi jika wanita yang dicintainya itu satu kantor atau sekolah maka kantor dan sekolah akan menjadi tempat yang paling dia sukai maka tipis kemungkinan untuk dia tidak berkantor atau sekolah sebab itu tempat untuk dia bisa berjumpa dengan dia. dalam konteks bacaan kita; “Siapakah dia yang muncul dari padang gurung" mengungkap tekat yang kuat kendati melalui “padang gurung" agar bisa menyatu dengan yang dicintai dan “bersandar pada kekasihnya“. Cinta menyatukan dan sekaligus menjadi perekat kesatuan itu. Hal ini dengan puitis dilukiskan seperti ini: “tarulah aku seperti meterai pada hatimu, seperti meterai pada lenganmu“. saudara meterai adalah pajak atas dukumen yang dipakai sebagai alat bukti atau keterangan juga meterai sebagai lebel atau carik dalam bentuk tempel.yang artinya Kekuatan cinta untuk menyatu begitu kuat sehingga tak seorangpun dapat membendungnya cinta itu merekat sehingga menyatu seperti meterai yang tatempel dengan tidak terpisakan sehingga menjadikan berharga dan sah dalam perjanjian. Sama seperti maut tidak ada yang mampu menghalanginya, demikian juga kekuatan cinta untuk menyatukan. Hal ini dilukiskan demikian : “karena kekuatan cinta seperti maut, kegairahan gigih seperti dunia orang mati”, mereka yang dilanda cinta pun tak kuat memadamkan kobaran api cinta, “sebab nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api Tuhan”. Tak seorangpun yang bisa memadamkan “nyala api Tuhan", begitu juga nya api cinta. Bahkan “air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungaisungai tak dapat menghayutkannya”. Seperti itu pula cinta Allah pada manusia, sebagaimana dicatat oleh Yohanes (3:16). 18 

    Dosa memisahkan manusia dengan Allah, dan tak seorang pun dapat mempertemukan manusia dengan Allah, karena di dalam kedosaannya manusia tidak memiliki kapasitas untuk menjumpai Allah, Apa yang mustahil bagi manusia, tidak bagi Allah. dan perjumpaan itu terjadi atas tindakan Allah, karena cinta-kasih-Nya yang begitu kuat kepada manusia. Cinta Allah mempertemukan dan menyatukan kembali manusia dengan khaliknya. Bahkan Allah telah menempel cinta-nya seperti meterai (melalui Roh Kudus) di dalam hati kita. dan la mendiami segenap diri kita (1 Kor. 3:16). Kita pun dituntut mencintai Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi (Matius 22:37-39). Seperti seorang laki-laki dan perempuan yang dilanda cinta demikian pula seharusnya kita menghayati relasi cinta kita kepada Allah. 

cinta sejati tidak hanya sekedar janji mengasihi sampai maut memisahkan. janji itu sendiri adalah bak meterai yang mengesahkan suatu dukumen resmi.lebih dari selembar akte pernikahan ''cinta kuat seperti maut,sepasti kematian akan hadir cepat atau lambat dalam kehidupan manusia, demikian cinta sejati pasti menjadi perekat yang mempersatukan kedua mempelai.

Komentar

Postingan Populer