PEMBACAAN ALKITAB : KIDUNG AGUNG 8 : 5~7 TEMA : Menyatu dalam Cinta Tuhan
Kidung Agung atau juga acap disebut Kidung Salomo merupakan
kumpulan nyanyian dan puisi mengenai relasi cinta seorang laki laki dan perempuan.
Banyak tafsiran mengenai relasi ini, tetapi dalam kerangka
pemberitaan firman hubungan cinta itu akan ditempatkan dalam
kerangka relasi cinta Kristus dengan umat-Nya.
Ayat 5~7 : Kekuatan Cinta
Cinta selalu mendorong orang yang dilanda cinta untuk
berjumpa satu dengan yang lain. Apapun situasi yang harus
dilalui tak menghalangi niat untuk berjumpa. seorang lelaki ketika mulai mengenal cinta dan sudah jatuh cinta,apalagi jika wanita yang dicintainya itu satu kantor atau sekolah maka kantor dan sekolah akan menjadi tempat yang paling dia sukai maka tipis kemungkinan untuk dia tidak berkantor atau sekolah sebab itu tempat untuk dia bisa berjumpa dengan dia. dalam konteks bacaan kita; “Siapakah dia yang
muncul dari padang gurung" mengungkap tekat yang kuat
kendati melalui “padang gurung" agar bisa menyatu dengan yang
dicintai dan “bersandar pada kekasihnya“. Cinta menyatukan
dan sekaligus menjadi perekat kesatuan itu. Hal ini dengan puitis
dilukiskan seperti ini: “tarulah aku seperti meterai pada hatimu,
seperti meterai pada lenganmu“. saudara meterai adalah pajak atas dukumen yang dipakai sebagai alat bukti atau keterangan juga meterai sebagai lebel atau carik dalam bentuk tempel.yang artinya Kekuatan cinta untuk menyatu
begitu kuat sehingga tak seorangpun dapat membendungnya cinta itu merekat sehingga menyatu seperti meterai yang tatempel dengan tidak terpisakan sehingga menjadikan berharga dan sah dalam perjanjian. Sama seperti maut tidak ada yang mampu menghalanginya,
demikian juga kekuatan cinta untuk menyatukan. Hal ini
dilukiskan demikian : “karena kekuatan cinta seperti maut,
kegairahan gigih seperti dunia orang mati”, mereka yang dilanda
cinta pun tak kuat memadamkan kobaran api cinta, “sebab
nyalanya adalah nyala api, seperti nyala api Tuhan”.
Tak seorangpun yang bisa memadamkan “nyala api Tuhan",
begitu juga nya api cinta.
Bahkan “air yang banyak tak dapat memadamkan cinta, sungaisungai tak dapat menghayutkannya”. Seperti itu pula cinta Allah
pada manusia, sebagaimana dicatat oleh Yohanes (3:16).
18
Dosa memisahkan manusia dengan Allah, dan tak seorang pun
dapat mempertemukan manusia dengan Allah, karena di dalam
kedosaannya manusia tidak memiliki kapasitas untuk menjumpai
Allah, Apa yang mustahil bagi manusia, tidak bagi Allah. dan
perjumpaan itu terjadi atas tindakan Allah, karena cinta-kasih-Nya yang begitu kuat kepada manusia.
Cinta Allah mempertemukan dan menyatukan kembali manusia
dengan khaliknya. Bahkan Allah telah menempel cinta-nya
seperti meterai (melalui Roh Kudus) di dalam hati kita. dan la
mendiami segenap diri kita (1 Kor. 3:16). Kita pun dituntut
mencintai Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi
(Matius 22:37-39). Seperti seorang laki-laki dan perempuan yang
dilanda cinta demikian pula seharusnya kita menghayati relasi
cinta kita kepada Allah.
cinta sejati tidak hanya sekedar janji mengasihi sampai maut memisahkan. janji itu sendiri adalah bak meterai yang mengesahkan suatu dukumen resmi.lebih dari selembar akte pernikahan ''cinta kuat seperti maut,sepasti kematian akan hadir cepat atau lambat dalam kehidupan manusia, demikian cinta sejati pasti menjadi perekat yang mempersatukan kedua mempelai.
Komentar
Posting Komentar