Renungan Mingguan Kristen
Membagun Hidup Suci
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Membangun Hidup Suci (Hagai 2:10-14 )
Membangun sebuah gedung bukan pekerjaan yang mudah. Setiap bagian harus dikerjakan dengan serius dan dibangun dengan bahan-bahan yang berkualitas. Apalagi, pekerjaan membangun Bait Suci.
Kepada Hagai dan para imam, Tuhan mengingatkan pentingnya hukum Tuhan saat mereka mempersembahkan kurban dan melayani di Bait Suci. Ada aturan yang mesti ditaati umat untuk menjaga kekudusan. Dengan melakukan ketentuan yang diwariskan turun-temurun itulah umat akan terhindar dari segala kenajisan.
Sayangnya, apa yang diberikan para imam tidak selalu diterima Tuhan. Dengan tegas, Tuhan menyatakan bahwa hasil pekerjaan dan persembahan mereka adalah najis (15). Para imam tahu apa isi hukum Taurat, tetapi belum tentu semua orang dapat melakukannya dengan tepat setiap hari seperti yang Tuhan mau. Kelalaian mereka menjadi peringatan bahwa jauh lebih mudah bagi kita untuk mewariskan kenajisan daripada kekudusan. karena itu tidak ada gunanya beribadah, menerima perjamuan Kudus, dan lain sebagainya. jika hati tidak serasi dengan bentuk ibadah itu dan tidak mancarkan sinar kekudusan itu. disini kita dapatkan bahwa umat Tuhan berkeyakinan bahwa dengan memiliki bait Allah berarti memiliki jaminan tetntang keterpilihan mereka. Hagai menyalakan pola fikir tersebut mereka bisa saja melakukan kenajisan, beribadah palsu, berhati dingin terhadap Allah
Kisah pembangunan Bait Suci pada zaman Hagai bisa menjadi ilustrasi bagaimana membangun hidup kudus di hadapan Tuhan. Dunia mungkin mengajarkan bahwa kesuksesan tidak dapat dibangun tanpa sedikit kecurangan. Sebaliknya, Tuhan semesta alam lebih menghendaki kehidupan umat-Nya dibangun di atas fondasi kekudusan.
Masalahnya, bagaimana mungkin membangun hidup suci di tengah situasi yang penuh dosa dan kenajisan? Kita tahu apa itu kebaikan, tetapi tidak mungkin kita bisa melakukannya sesuai standar Tuhan yang sempurna.
Jawabannya diberikan melalui kisah kelahiran Yesus ke dunia yang dirayakan pada hari Natal. Sebagai wujud kasih ilahi terhadap dunia yang penuh dosa, Tuhan menebus dan mentahirkan manusia dari kenajisan. Itulah kisah yang dipentaskan di atas salib oleh Sang Imam Agung, yakni Yesus Kristus. Segala dosa kita hanya bisa dihapuskan oleh anugerah ilahi. Hanya Tuhan yang sanggup menguduskan kita secara sempurna. Dialah yang memampukan kita untuk membangun hidup suci.
Roh Tuhan dianugerahkan kepada kita supaya umat-Nya membangun dan menjalani hidup suci, yakni hidup untuk mewariskan kekudusan dan bukan kenajisan.
Apakah Anda pernah merasakan teguran Tuhan?
Pesan pertama yang disampaikan Hagai adalah agar umat Tuhan memprioritaskan pekerjaan Tuhan. Sebelumnya Israel telah mengesampingkan pembangunan rumah bagi Tuhan dan mendahulukan rumah mereka sendiri. Lalu Tuhan menghukum mereka dengan kegagalan panen (ayat 17-18). Tuhan ingin mengajar mereka bahwa ada hubungan antara mengesampingkan Tuhan dengan masa-masa sulit.
Upaya Tuhan mendisiplin umat-Nya memang bukan hal menyenangkan, meski merupakan berkat. Ibr. 12:1-11 berkata bahwa tindakan Tuhan mendisiplin umat-Nya merupakan tanda kasih-Nya. Artinya mereka yang tidak mengalami tindakan disiplin itu, sesungguhnya tidak dapat menganggap dirinya sebagai anak-anak Tuhan (Ibr. 12:8). Kadang-kadang tindakan Allah mendisiplin kita berakar langsung dari dosa kita, bagai tindakan kasih seorang ayah yang mengajar anaknya agar tidak lagi berdosa. Di saat lain, tindakan Allah mendisiplin kita tak berkaitan dengan dosa, melainkan upaya mendidik kita ke arah kematangan rohani.
Pesan ketiga yang disampaikan Hagai memperlihatkan bahwa umat Tuhan bukan hanya harus mendahulukan Allah, melainkan juga melakukannya dengan hati yang murni dan tulus. Tuhan berjanji bahwa bila Israel membangun kembali Bait Tuhan, maka mereka akan menikmati berkat Tuhan melalui panen yang berlimpah (ayat 19-20).
Ketaatan mendatangkan berkat. Namun bukan berarti bahwa hidup yang tanpa berkat menandakan ketidaktaatan. Banyak orang yang memprioritaskan Kerajaan Allah, tetapi mengalami banyak pencobaan. Untuk itu kita perlu memiliki perspektif yang benar. Berkat bukan berarti Tuhan membebaskan kita dari masalah, tetapi adanya jaminan kehadiran-Nya di tengah masalah yang kita hadapi. Karena itu marilah kita memohon berkat-berkat-Nya dalam segala sesuatu yang kita lakukan dengan kebergantungan penuh pada-Nya.
- Dapatkan link
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar